BEKASI SELATAN – Seorang siswa kelas II (dua) berinisial RM yang bersekolah di SDN Kayuringin Jaya III diduga menjadi korban kekerasan yang dilakukan oknum guru. Pemicu kejadian karena siswa kurang lancar mengerjakan tugas di sekolah.
“Jadi sewaktu saya bekerja, anak saya telepon sambil menangis, dia bilang kepalanya dikeplak (pukul) sebanyak dua kali oleh gurunya,” kata Haerudin, orang tua RM sewaktu menceritakan kejadian yang menimpa anaknya, Selasa (31/05/2022).
Selain itu, kata dia, anaknya juga dikatain sama guru tersebut dengan kata-kata yang menyinggung soal keberadaan ibunya. Diakui Haerudin, memang selama ini ibu RM sedang berada di Jawa dan RM tinggal bersamanya di Perumnas I Kayuringin.
“Anak saya bilang dia tidak mau bersekolah lagi, seolah dia trauma, dia bilang takut sama gurunya makanya tidak mau bersekolah,” ujarnya.
Sebagai orangtua, Khoirudin sangat menyesalkan perilaku tenaga pendidik tersebut, sebab kata dia, seorang guru merupakan panutan yang wajib digugu dan ditiru oleh murid-muridnya.
“Apa tidak bisa dengan cara lain, misalkan dengan menasehati atau memberikan hukuman disiplin tanpa harus disertai dengan hal-hal yang mengandung kekerasan fisik. Ini kan berdampak ke anak saya, dia jadi takut masuk sekolah lagi,” ungkap Haerudin.
Sewaktu awak media mendatangi SDN kayuringin Jaya III yang beralamat di Perumnas I, Jalan Cendrawasih Raya, Kayuringin, Bekasi Selatan untuk mengkonfirmasi hal tersebut kepada pihak sekolah, beberapa guru termasuk Hamdiah (guru kelas II) awalnya sempat menolak dikonfirmasi dengan alasan orang tua dan korban tidak hadir. Hingga belakangan para guru dan terduga pelaku (Hamdiah) menyatakan tidak ada pemukulan kepada siswa.
Namun diakui Hamdiah, dirinya hanya menyentuh bagian kepala RM sembari mengingatkan agar tidak mencontek jawaban kepada teman yang duduk di sampingnya.
“Jadi begini pak, dia itu belum bisa baca, terus dia (RM) jarang masuk. Jadi saya dudukan di depan saya. Jadi waktu dikte itu yang lain sudah sampai nomor 5, dia baru nomor 1, dikit-dikit tengok kiri (ke temannya), saya cuma giniin (sambil mempraktekan menyentuh kepala seorang guru), saya colek di situ supaya jangan melihat ke yang lain. Lagian di situ juga banyak saksi, coba tanya sama murid yang lain, kok tiba-tiba dibilang saya geprek (ngeplak),” ujarnya.
Saat ini pihak sekolah berharap dapat bertemu dengan korban dan orangtuanya untuk menyelesaikan masalah tersebut. (RAN)
Leave a Reply